ANALISISAFIKSASI VERBA PADA CERITA RAKYAT DAMARWULAN KARYA DH SUNJAYA SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI AJAR BAHASA JAWA KELAS IX SMP SKRIPSI Oleh: LILIS WIJAYANTI K4213047 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Oktober 2017 Saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama : Lilis Wijayanti NIM : K4213047 Program Studi
Kejadianmeninggalnya bocah Ciamis akibat ledakan ponsel menjadi insiden no.1 di Indonesia dari total 10 (sepuluh) ringkasan peristiwa atau berita akibat ledakan baterai ponsel di Indonesia sebagai berikut:. 2.Pemuda usia 18 tahun, warga dusun Dempul, Mojokerto, Jawa Timur mengalami kebutaan akibat serpihan ledakan baterai ponsel melukai kedua matanya saat hendak melepas baterai ponsel dari
NB2071SERAT PAWUKON UGI PENANGGALAN JAWI Lihat PDF Flip Book: Review Koleksi. 0 Hasil Rating Dari total 0 Review. Kirim Rating. Perbesar Rating (0) 11 . Koleksi Terkait. Syair Perang Kaliwungu Dan Lain Lain; Syair Perang Banjarmasin; Syair Perang Wangkang
Kumpulancerita pengalaman menggunakan bahasa jawa. Cerita lain yang ditulis dalam bahasa jawa, bisa dibaca pada tautan berikut ini: memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, dan santun dalam menanggapi berbagai hal atau kejadian dengan santun bahasa jawa yang sesuai. Punakawan hanyalah bahasa halus dan bahasa komunikatif yang.
Darisekian banyak cerita rakyat Jawa Timur, dongeng Damar Wulan adalah salah satu cerita rakyat yang paling sering di ceritakan. Bahkan dongeng rakyat ini sudah beberapa kali di tayangkan dalam bentuk film. Tentunya membaca cerita Damar Wulan akan menambah wawasan kalian. Selamat membaca. Cerita Rakyat Jawa Timur - Dongeng Damar Wulan
buatlah seni lukis daerah bertemakan cerita rakyat. 0% found this document useful 4 votes6K views4 pagesDescriptioncerita damar wulanCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 4 votes6K views4 pagesCerita Rakyat Damar Wulan Dalam Bahasa JawaJump to Page You are on page 1of 4 You're Reading a Free Preview Page 3 is not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Jawa Timur - Indonesia Rating 94 pemilih Minakjingga adalah Adipati Blambangan yang memiliki kesaktian tinggi. Suatu ketika, ia berencana untuk memberontak pada Kerajaan Majapahit yang dipimpin oleh seorang raja perempuan yang cantik jelita bernama Ratu Ayu Kencana Wungu. Sang Ratu kemudian mengadakan sayembara untuk menangkal ancaman dari Minakjingga. Salah seorang dari peserta sayembara ini adalah seorang pemuda bernama Damarwulan. Berhasilkah Damarwulan mengalahkan Minakjingga? Simak kisahnya dalam cerita Damarwulan dan Minakjingga berikut ini! * * * Tersebutlah seorang ratu bernama Dewi Suhita yang bergelar Ratu Ayu Kencana Wungu. Ia adalah penguasa Kerajaan Majapahit yang ke-6. Pada era pemerintahannya, Majapahit berhasil menaklukkan banyak daerah yang kemudian dijadikan sebagai bagian dari wilayah kekuasaan kerajaan yang berpusat di Trowulan, Jawa Timur, itu. Salah satu kerajaan kecil yang menjadi taklukan Majapahit adalah Kerajaan Blambangan yang terletak di Banyuwangi. Kerajaan itu dipimpin oleh seorang bangsawan dari Klungkung, Bali, bernama Adipati Kebo Marcuet. Adipati ini terkenal sakti dan memiliki sepasang tanduk di kepalanya seperti kerbau. Keberadaan Adipati Kebo Marcuet ternyata menghadirkan ancaman bagi Ratu Ayu Kencana Wungu. Meskipun hanya seorang raja taklukan, namun sepak terjang Adipati Kebo Marcuet yang terus-menerus merongrong wilayah kekuasaan Majapahit membuat Ratu Ayu Kencana Wungu cemas. Ratu Majapahit itu pun berupaya menghentikan ulah Adipati Kebo Marcuet dengan mengadakan sebuah sayembara. “Barangsiapa yang mampu mengalahkan Adipati Kebo Marcuet, maka dia akan kuangkat menjadi Adipati Blambangan dan kujadikan sebagai suami,” demikian maklumat Ratu Ayu Kencana Wungu yang dibacakan di hadapan seluruh rakyat Majapahit. Sayembara itu diikuti oleh puluhan orang, namun semua gagal mengalahkan kesaktian Adipati Kebo Marcuet. Hingga datanglah seorang pemuda tampan dan gagah bernama Jaka Umbaran yang berasal dari Pasuruan. Ia adalah cucu Ki Ajah Pamengger yang merupakan guru sekaligus ayah angkat Adipati Kebo Marcuet. Rupanya, Jaka Umbaran mengetahui kelemahan Adipati Kebo Marcuet. Maka, dengan senjata pusakanya gada wesi kuning gada yang terbuat dari kuningan, dan dibantu oleh seorang pemanjat kelapa yang sakti bernama Dayun, Jaka Umbaran berhasil mengalahkan Adipati Kebo Marcuet. Ratu Ayu Kencana Wungu sangat gembira dengan kekalahan Adipati Kebo Marcuet. Ia pun menobatkan Jaka Umbaran menjadi Adipati Blambangan dengan gelar Minakjingga. Akan tetapi, Ratu Ayu Kencana Ungu menolak menikah dengan Jaka Umbaran karena pemuda itu kini tidak lagi tampan. Akibat pertarungannya dengan Adipati Kebo Marcuet, wajah Jaka Umbaran yang semula rupawan menjadi rusak, kakinya pincang, dan badannya menjadi bongkok. Jaka Umbaran alias Minakjingga tetap bersikeras menagih janji. Ia datang ke Majapahit untuk melamar Ratu Ayu Kencana Wungu meskipun pada saat itu ia telah memiliki dua selir bernama Dewi Wahita dan Dewi Puyengan. Lamaran Minakjingga bertepuk sebelah tangan karena sang Ratu tetap tidak sudi menikah dengannya. Penolakan itu membuat Minakjingga murka dan memendam dendam kepada Ratu Ayu Kencana Wungu. Untuk melampiaskan kemarahannya, Minakjingga merebut beberapa wilayah kekuasaan Majapahit sampai ke Probolinggo. Tidak hanya itu, Minakjingga pun berniat untuk menyerang Majapahit. Ratu Ayu Kencana Wungu sangat khawatir ketika mendengar bahwa Minakjingga ingin menyerang kerajaannya. Maka, ia pun kembali menggelar sayembara. “Barangsiapa yang berhasil membinasakan Minakjingga akan kujadikan suamiku!” ucap Ratu Ayu Kencana Wungu di hadapan seluruh rakyat Majapahit. Sekali lagi, puluhan pemuda turut serta dalam sayembara tersebut, namun tidak ada satu pun yang berhasil mengungguli kesaktian Minakjingga. Hal ini membuat sang Ratu semakin cemas. Saat kekhawatiran sang Ratu semakin besar, datanglah seorang pemuda tampan bernama Damarwulan. Ia adalah putra Patih Udara, patih Majapahit yang sedang pergi bertapa. Saat itu Damarwulan sedang bekerja sebagai perawat kuda milik Patih Logender, seorang patih Majapahit yang ditunjuk untuk menggantikan kedudukan ayah Damarwulan. Di hadapan sang Ratu, Damarwulan menyampaikan keinginannya mengikuti sayembara untuk mengalahkan Minakjingga. “Ampun, Gusti Ratu! Jika diperkenankan, izinkanlah hamba mengikuti sayembara,” pinta Damarwulan. “Tentu saja, Damarwulan. Bawalah kepala Minakjingga ke hadapanku!” titah sang Ratu. “Baik, Gusti,” kata pemuda itu seraya berpamitan. Berangkatlah Damarwulan ke Blambangan untuk menantang Minakjingga. “Hai, Minakjingga! Jika berani, lawanlah aku!” seru Damarwulan setiba di Blambangan. “Siapa kamu?” tanya Minakjingga, “Berani-beraninya menantang aku.” “Ketahuilah, hai pemberontak! Aku Damarwulan yang diutus oleh Ratu Ayu Kencana Wungu untuk membinasakanmu,” jawab Damarwulan. “Ha… Ha… Ha…!” Minakjingga tertawa terbahak-bahak, “Sia-sia saja kamu ke sini, Damarwulan. Kamu tidak akan mampu menghadapi kesaktian senjata pusakaku, gada wesi kuning!” Pertarungan sengit antara dua pendekar sakti itu pun terjadi. Keduanya silih-berganti menyerang. Namun, akhirnya Damarwulan kalah dalam pertarungan itu hingga pingsan terkena pusaka gada wesi kuning milik Minakjingga. Damarwulan pun dimasukkan ke dalam penjara. Rupanya, kedua selir Minakjingga, Dewi Wahita dan Dewi Puyengan, terpikat melihat ketampanan Damarwulan. Mereka pun secara diam-diam mengobati luka pemuda itu. Bahkan, mereka juga membuka rahasia kesaktian Minakjingga. “Kekuatan Minakjingga terletak pada gada wesi kuning. Dia tidak akan bisa berbuat apa-apa tanpa sejata itu,” kata Dewi Wahita. “Benar. Jika ingin mengalahkan Minakjingga, Anda harus merampas pusakanya,” tambah Dewi Puyengan. “Lalu, bagaimana aku bisa merebut senjata pusaka itu?” tanya Damarwulan. “Kami akan membantumu mendapatkan senjata itu,” janji kedua selir Minakjingga itu. Pada malam harinya, Dewi Sahita dan Dewi Puyengan mencuri pusaka gada wesi kuning saat Minakjingga terlelap. Pusaka itu kemudian mereka berikan kepada Damarwulan. Setelah memiliki senjata itu, Damarwulan pun kembali menantang Minakjingga untuk bertarung. Alangkah terkejutnya Minakjingga saat melihat sejata pusakanya ada di tangan Damarwulan. “Hai, Damarwulan! Bagaimana kamu bisa mendapatkan senjataku?” tanya Minakjingga heran. Damarwulan tidak menjawab. Ia segera menyerang Minakjingga dengan senjata gada wesi kuning yang ada di tangannya. Minakjingga pun tidak bisa melakukan perlawanan sehingga dapat dengan mudah dikalahkan. Akhirnya, Adipati Blambangan itu tewas oleh senjata pusakanya sendiri. Damarwulan memenggal kepada Minakjingga untuk dipersembahkan kepada Ratu Ayu Kencana Wungu. Dalam perjalanan menuju Majapahit, Damarwulan dihadang oleh Layang Seta dan Layang Kumitir. Kedua orang yang bersaudara itu adalah putra Patih Logender. Rupanya, mereka diam-diam mengikuti Damarwulan ke Blambangan. Saat melihat Damarwulan berhasil mengalahkan Minakjingga, mereka hendak merebut kepala Minakjingga agar diakui sebagai pemenang sayembara. “Hai, Damarwulan! Serahkan kepala Minakjingga itu kepada kami!” seru Layang Seta. Damarwulan tentu saja menolak permintaan itu. Pertarungan pun tak terelakkan. Layang Seta dan Layang Kumitir mengeroyok Damarwulan dan berhasil merebut kepala Minakjingga. Kepala itu kemudian mereka bawa ke Majapahit. Pada saat mereka hendak mempersembahkan kepala itu kepada sang Ratu, tiba-tiba Damarwulan datang dan segera menyampaikan kebenaran. “Ampun, Gusti! Hamba telah berhasil menjalankan tugas dengan baik. Namun, di tengah jalan, tiba-tiba Layang Seta dan Layang Kumitir menghadang hamba dan merebut kepala itu dari tangan hamba,” lapor Damarwulan. “Ampun, Gusti! Perkataan Damarwulan itu bohong belaka. Kamilah yang telah memenggal kepala Minakjingga,” sanggah Layang Seta. Pertengkaran antara kedua pihak pun semakin memanas. Mereka sama-sama mengaku yang telah memenggal kepala Minakjingga. Ratu Ayu Kencana Wungu pun menjadi bingung. Ia tidak dapat menenentukan siapa di antara mereka yang benar. Maka, sebagai jalan keluarnya, penguasa Majapahit itu meminta kedua belah pihak untuk bertarung. “Sudahlah, kalian tidak usah bertengkar lagi!” ujar Ratu Ayu Kencana, “Sekarang aku ingin bukti yang jelas. Bertarunglah kalian, siapa yang berhasil menjadi pemenangnya pastilah ia yang telah membinasakan Minakjingga.” Akhirnya, mereka pun bertarung. Kali ini, Damarwulan lebih berhati-hati menghadapi kedua putra Patih Logender itu. Ia harus membuktikan kepada sang Ratu bahwa dirinyalah yang benar. Demikian pula Layang Seta dan Layang Kumitir, mereka tidak ingin kebohongan mereka terbongkar di hadapan sang Ratu. Dengan disaksikan oleh sang Ratu dan seluruh rakyat Majapahit, pertarungan itu pun berlangsung sangat seru. Kedua belah pihak mengeluarkan seluruh kekuatan masing-masing demi memenangkan pertandingan. Pertarungan itu akhirnya dimenangkan oleh Damarwulan. Layang Seta dan Layang Kumitir pun mengakui kesalahan mereka dan dimasukkan ke penjara, sedangkan Damarwulan pun berhak menikah dengan Ratu Ayu Kencana Wungu. * * * Demikian cerita Damarwulan dan Minakjingga dari Banyuwangi, Jawa Timur. Kisah ini terus berkembang menjadi cerita rakyat dengan berbagai versi. Terlepas dari itu, cerita ini juga dikisahkan dalam bentuk sastra seperti dalam Serat Kanda, Serat Damarwulan, Serat Blambangan, dan sebagainya. Cerita tentang Damarwulan dan Minakjingga juga menjadi tema pertunjukan dalam pementasan teater rakyat Jawa Timur. Bahkan, legenda Damarwulan dan Minakjingga ini telah diangkat dalam film layar lebar. Pesan moral yang dapat dipetik dari cerita ini antara lain, pertama, sikap suka ingkar janji akan menimbulkan dampak yang buruk, seperti sikap ingkar janji Ratu Ayu Kencana Wungu mengakibatkan pecahnya peperangan antara Majapahit dan Blambangan. Kedua, sifat jahat, yakni suka merampas hak orang lain, terlihat pada perilaku Layang Seta dan Layang Kumitri yang merampas hak Damarwulan sebagai pemenang sayembara. Akibatnya, kedua orang licik itu pun masuk penjara. Samsuni/Sas/254/05-11 Dibaca kali Hak Cipta Telah Didaftarkan pada Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonseia Copyrights by Dilarang keras mendownload, menggunakan, dan menyebarluaskan cerita-cerita di website ini tanpa seizin penulis dan Silahkan memberikan rating anda terhadap cerita ini. Komentar untuk "" Berikan Komentar Anda
Ada banyak legenda dari Jawa Timur yang menarik untuk disimak. Salah satunya yang bisa kamu temukan di sini adalah cerita rakyat Jawa Timur berjudul Damarwulan. Kalau kamu ingin membacanya ulang atau belum pernah sama sekali, langsung cek saja berikut ini!Damarwulan atau yang juga biasa ditulis sebagai Damar Wulan ini adalah salah satu tokoh cerita rakyat asal Jawa Timur yang cukup populer. Bahkan, kisahnya sudah banyak diangkat menjadi film pendek dan ditayangkan dalam berbagai seperti legenda dari daerah lainnya, kisah ini dulunya diceritakan dari mulut ke mulut atau lewat lisan. Maka dari itu, wajar saja jika ada perbedaan nama tokoh atau rangkaian Apakah kamu sudah tidak sabar untuk segera membacanya? Daripada kelamaan, mending langsung saja simak ringkasan cerita, ulasan unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menarik dari cerita rakyat Dawarwulan asal Jawa Timur di bawah ini. Selamat membaca!Cerita Rakyat Damarwulan Asal Jawa Timur Sumber Soenarto Timoer – Balai Pustaka Pada zaman dahulu kala, di Jawa Timur ada sebuah kerajaan yang begitu besar, yaitu Majapahit. Kerajaan tersebut dipimpin oleh seorang wanita yang bergelar Ratu Ayu Kencana Wungu. Di bawah pemerintahannya, ia berhasil menaklukan banyak kerajaan. Sayangnya, ketenangan sang ratu dalam memerintah diusik oleh seorang bangsawan bernama Adipati Kebo Marcuet. Laki-laki yang sakti dan memiliki sepasang tanduk tersebut merupakan pemimpin dari Kerajaan Blambangan yang ditaklukan oleh Majapahit. Ia ingin melakukan perlawanan terhadap Majapahit. Karena tak dapat mengatasi perlawanan tersebut, Ratu Kencana Wungu kemudian mengadakan sayembara. Jika ada orang yang berhasil mengalahkan Kebo Marcuet, ia akan diangkat menjadi Adipati Blambangan dan dijadikan suami. Singkat cerita, ada seorang pemuda tampan bernama Jaka Umbaran yang begitu sakti dan berhasil mengalahkan Kebo Marcuet dengan menggunakan gada wesi kuning miliknya. Ia kemudian diangkat menjadi Adipati Blambangan dan diberi gelar Minak Jinggo. Sayangnya, sang ratu tidak memenuhi janjinya untuk menikah dengan Minak Jinggo. Hal itu dikarenakan wajahnya sudah tidak rupawan lagi dan menjadi bongkok akibat perkelahian dengan Kebo Marcuet. Minak Jinggo tentu saja tidak tinggal diam. Dirinya tetap menagih janji tersebut meskipun harus menunggu bertahun-tahun. Sementara dalam penantian tersebut, ia sendiri sudah memiliki dua orang selir bernama Dewi Wahita dan Dewi Puyengan. Damar Wulan Merantau Sementara itu di sebuah desa, ada seorang pemuda yang tampan dan tangguh bernama Damarwulan. Ia disuruh oleh kakeknya. Begawan Tunggul Manik untuk pergi menemui pamannya yang menjadi patih di kerajaan Majapahit, yaitu Logender. Sang kakek mendengar kabar bahwa kerajaan sedang membutuhkan banyak prajurit. Menuruti perkataan sang kakek, ia lalu menempuh perjalanan berhari-hari sebelum akhirnya tiba di rumah sang paman. Sayang sekali setibanya di sana, Damarwulan malah diperlakukan kurang baik oleh kedua sepupunya yang bernama Layang Seta dan Layang Kumitir. Kedua orang tersebut sepertinya merasa terancam dengan kehadiran Damar Wulan. Karena selain tampan, ia juga sangat terampil dalam segala hal. Bukannya menjadi prajurit, Damar Wulan malah dipekerjakan sebagai pengasuh kuda oleh pamannya. Ternyata, sang paman juga takut kalau pemuda tersebut akan menjegal karier kedua putranya. Karena tak mungkin melawan pamannya, ia menerima pekerjaan tersebut dengan ikhlas. Di sela-sela kesibukannya mengurus kuda, dirinya masih menyempatkan untuk memperdalam ilmu beladiri yang dimilikinya. Baca juga Kisah Nabi Yusuf As dan Mukjizatnya yang Akan Membuatmu Semakin Kagum pada Sosoknya! Perlawanan Minak Jinggo yang Semakin Membara Sumber YouTube – Rangga Tama Minak Jinggo sepertinya sudah berada di ambang batas kesabarannya untuk menagih janji dari sang ratu. Ia sudah berulang kali melamar sang ratu, tetapi tetap saja ditolak. Hal tersebut tentu saja membuatnya begitu marah. Adipati Blambangan tersebut kemudian melakukan perlawanan. Ia melampiaskan amarahnya tersebut dengan merebut beberapa wilayah kekuasaan Majapahit. Tak hanya itu saja, ia juga berencana untuk menyerang kerajaan tersebut. Keadaan sudah semakin genting dan tidak bisa dibiarkan lagi. Maka dari itu, Ratu Kencana Wungu kemudian mengadakan sayembara kedua. Isinya adalah barangsiapa berhasil membunuh Minak Jinggo akan dijadikan suami oleh ratu. Mendengar hal tersebut, banyak pemuda yang menjajal peruntungannya dan bertarung melawann Minak Jinggo. Namun, tidak ada seorang pun yang bisa menandingi kesaktiannya. Ratu Kencana Wungu semakin putus asa setelah melihat apa yang terjadi. Di tengah kekalutannya, ia kemudian mendapatkan bisikan lewat mimpi kalau Adipati Blambangan tersebut dapat dikalahkan oleh seorang pemuda bernama Damarwulan. Setelah bangun dari mimpi, ratu kemudian menyuruh patih-patihnya untuk mencari Damar Wulan, termasuk Patih Logender. Pada awalnya, sang patih berusaha untuk menyembunyikan keponakan itu supaya tidak pernah ditemukan. Karena kalau sampai hal itu terjadi, tamatlah karier kedua anaknya. Namun, beruntung sang ratu mengetahui rencana busuk patihnya itu. Ia akan memaafkan patih kalau bisa membawa Damarwulan ke hadapannya. Usaha untuk Mengalahkan Minak Jinggo Damarwulan kemudian datang dan menghadap Ratu Kencana Wungu. Ia kemudian disuruh untuk membunuh Minak Jinggo dan membawa kepalanya sebagai bukti. Setelah mendengar titah tersebut, pemuda itu kemudian pergi ke Blambangan dan menantang Minak Jingggo. Tanpa membuang waktu lagi, ia lalu menyerang Adipati Blambangan. Pertarungan sengit pun tak dapat dihindari. Sayang sekali, Damarwulan kalah. Bukan karena ia tidak memiliki kekuatan dan ilmu yang cukup, hanya saja senjata Minak Jinggo yang bernama gada wesi kuning memang sangat sakti. Ia kalah setelah terkena pukulan gada tersebut. Karena kekalahannya, ia kemudian dimasukkan ke dalam penjara. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, Damar Wulan memang memiliki wajah tampan dan memikat. Maka dari itu, tidak mengherankan jika kedua selir Minak Jinggo, Dewi Wahita dan Dewi Puyengan, malah tertarik pada pemuda itu. Kedua wanita tersebut diam-diam membantu mengobati lukanya dan membocorkan rahasia kelemahan dari sang Adipati Blambangan. “Kekuatan Minak Jinggo berada di gada wesi kuningnya. Tanpa benda itu, dia akan mudah sekali untuk dikalahkan,” kata Dewi Wahita. “Lalu, bagaimana caranya supaya aku dapat merebut senjata pusaka itu?” tanya Damar Wulan. “Tenang saja, kamu akan membantumu untuk mendapatkannya,” jawab Dewi Puyengan. Baca juga Cerita Asal Usul Kota Banyuwangi dan Ulasannya, Bukti Cinta Seorang Istri yang Setia Mengalahkan Minak Jinggo dan Dikhianati Sumber YouTube – Ken Kenin Ken Pada malam harinya ketika Minak Jinggo sedang tidur terlelap, kedua selirnya menjalankan rencana untuk mengambil gada sakti. Setelah mendapatkannya, mereka lalu bergegas memberikannya pada Damarwulan. Keesokan harinya, pemuda tersebut kemudian menemui sang adipati untuk mengajaknya bertarung lagi. Betapa terkejutnya Minak Jinggo saat melihatnya membawa gada wesi kuning miliknya. Tanpa basa-basi lagi, Damarwulan segera menyerang Minak Jinggo yang tidak berdaya tanpa senjata andalannya. Hanya dengan sekali pukulan, laki-laki tersebut langsung tumbang terkena senjatanya sendiri. Setelah itu, kepalanya dipenggal untuk diberikan kepada Ratu Kencana Wungu. Ternyata masalah belum selesai di situ saja. Saat, sedang dalam perjalanan pulang ke Majapahit, ia dihadang oleh Layang Seta dan Layang Kumitir. Kedua sepupunya itu ingin merebut kepala Minak Jinggo supaya nantinya dinyatakan sebagai pemenang sayembara. Karena tidak mau menyerahkan, Damarwulan kemudian diserang oleh dua orang tersebut. Perkelahian yang tak sepadan itu membuatnya kalah. Kepala Minak Jinggo pun dapat direbut dengan mudah. Mereka kemudian bergegas ke Majapahit untuk memberikannya kepada sang ratu. Pemenang yang Sebenarnya Layang Seta dan Layang Kumitir kemudian datang mempersembahkan kepala Minak Jinggo kepada sang ratu. Tak lama kemudian, datanglah Damarwulan untuk menyampaikan kejadian yang sebenarnya. “Ampun, Gusti Ratu. Hamba telah melakukan pekerjaan dengan baik. akan tetapi di tengah perjalanan, Layang Seta dan Layang Kumitir menghadang dan merebutnya dari tangan hamba,” jelas Damar Wulan. Hal itu tentu saja disanggah mentah-mentah oleh kedua sepupunya itu. “Ampun Gusti Ratu. Apa yang diucapkan oleh Damarwulan itu palsu. Kamilah yang telah membunuh dan memenggal kepala Minak Jingga,” kata Layang Seta. Karena dua kubu terus bersikeras, maka Ratu Kencana Wungu kemudian menyuruh mereka untuk bertarung lagi. Yang berhasil menjadi pemenang itulah yang telah berhasil membunuh Minak Jinggo. Untuk pertarungan kali ini, Damar Wulan lebih sigap dan waspada dalam menghadapi kedua sepupunya. Ia harus membuktikan kalau dirinya mengatakan hal yang sebenarnya. Pertarungan sengit pun terjadi lagi. Masing-masing pihak tidak ada yang mau mengalah dan berusaha mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Setelah menjalani perkelahian yang cukup panjang, akhirnya Damar Wulan berhasil mengalahkan dua sepupunya itu. Layang Seta dan Layang Kumitir kemudian mengakui semua kesalahannya. Akan tetapi, sang ratu tak memberi ampun dan menjebloskan mereka ke dalam penjara. Damarwulan yang berhasil memenangkan sayembara kemudian mendapatkan hadiahnya, yaitu menikah dengan Ratu Kencana Wungu. Baca juga Simak Kisah Dongeng Klasik Cinderella dan Sepatu Kaca Beserta Ulasan Menariknya di Sini, Yuk! Unsur Intrinsik dari Cerita Rakyat Damarwulan Asal Jawa Timur Sumber Ade Soekirno SSP – Grasindo Setelah menyimak ringkasan cerita rakyat Damarwulan asal Jawa Timur, selanjutnya di sini kamu juga akan menemukan ulasan singkat mengenai unsur-unsur instrinsiknya. Langsung saja cek ulasannya berikut ini 1. Tema Tema atau inti cerita dari cerita rakyat asal Jawa Timur berjudul Damar Wulan ini adalah tentang janji yang harus ditepati. Apabila Ratu Kencana Wungu bisa memegang janjinya dengan menikahi Minak Jinggo yang telah memenangkan sayembara, mungkin kisahnya tidak akan menjadi rumit. 2. Tokoh dan Perwatakan Ada banyak sekali karakter atau tokoh dalam cerita rakyat Damarwulan asal Jawa Timur ini. Namun, yang akan dibahas di sini tentu saja tokoh cukup penting saja. Yang pertama adalah Ratu Kencana Wungu. Ia adalah pemimpin yang adil dan mengayomi rakyat. Hanya saja, ia tidak bisa menepati janji seperti apa yang dikatakannya dalam sayembara. Beruntungnya saat mengadakan sayembara yang kedua, ratu benar-benar memenuhi janjinya. Kemudian, ada Jaka Umbaran atau Minak Jinggo. Ia adalah seorang laki-laki yang sakti dan sigap. Sepertinya, ia menjadi orang yang jahat, pendendam, dan pemarah setelah sang ratu tidak mau menepati janjinya. Yang ketiga ada Damarwulan. Ia merupakan seorang pemuda santun, ikhlas, dan juga memiliki ilmu yang cukup tinggi. Ia juga seseorang yang gigih dan tidak mudah menyerah. Selanjutnya adalah Layang Seto dan Layang Kumitir yang memiliki sifat iri hati dan dengki. Mereka juga curang dan mau menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. 3. Latar Secara umum, latar tempat yang digunakan dalam cerita rakyat Damarwulan ini adalah Jawa Timur. Namun, secara spesifik di dalam cerita juga disebutkan beberapa tempat, yakni Kerajaan Majapahit, rumah Patih Logender, dan Kerajaan Blambangan. 4. Alur Cerita rakyat Damarwulan asal Jawa Timur ini menggunakan alur maju atau progresif. Kisahnya dimulai dari kemarahan Minak Jinggo yang berusaha merebut wilayah Majapahit karena sang ratu tidak memenuhi janji. Kemudian, Adipati Blambangan tersebut dapat dikalahkan oleh Damar Wulan menggunakan senjatanya sendiri. Ia pun memenangkan sayembara dan menikah dengan sang ratu. 5. Pesan Moral Ada banyak sekali amanat atau pesan moral yang bisa kamu petik dari cerita rakyat Damarwulan asal Jawa Timur ini. Salah satunya adalah kalau sudah berjanji dengan seseorang, maka tepatilah. Karen kalau tidak, bisa-bisa urusannya akan menjadi semakin runyam. Selain itu, janganlah iri dengan apa yang dimiliki oleh orang lain. Meski telah melakukan segala cara untuk merebutnya, tapi kalau itu bukan rezekimu pasti akan hilang juga. Nah, selain unsur intrinsiknya, kamu jangan lupakan juga mengenai unsur-unsur ekstrinsik dari cerita rakyat Damarwulan asal Jawa Timur ini. Unsur ekstrinsik biasanya berhubungan dengan latar belakang penulis, masyarakat, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Baca juga Dongeng Kebo Iwa dan Ulasan Lengkapnya yang Merupakan Asal-Usul Danau Batur di Bali Fakta Menarik tentang Cerita Rakyat Damarwulan asal Jawa Timur Sumber Rosda Jayaputra Selanjutnya, di sini kamu juga akan menemukan beberapa fakta menarik tentang legenda asal Jawa Timur tersebut. Baca informasi lengkapnya berikut ini, yuk! 1. Memiliki Versi Lain Namanya juga legenda atau cerita rakyat yang dulunya dituturkan secara lisan. Maka, wajar saja jika kisah ini memiliki banyak versi. Salah satu versi lainnya adalah sebelum Damar Wulan mengemban tugas yang diberikan oleh Ratu Kencana Wungu, ia ternyata sudah menikah dengan Dewi Anjasmara. Dewi Anjasmara adalah anak dari Patih Logender. Kedekatan keduanya bermula dari Damarwulan yang sering disiksa oleh kedua saudara Anjasamara, yakni Layang Kumitir dan Layang Seta. Karena terluka dan tak bisa mengobati dirinya sendiri, maka Dewi Anjasmaralah yang merawatnya. Jalinan cinta Damar Wulan dan Dewi Anjasmara ternyata semakin serius. Setelah mendapatkan restu dari Patih Logender, keduanya kemudian resmi menikah. Tak lama berselang, Kerajaan Majapahit yang mengalami masalah yang disebabkan oleh Minak Jinggo. Pemimpin Blambangan tersebut terpikat dengan kecantikan Ratu Kencana Wungu dan datang melamarnya. Sayang sekali, lamaran tersebut ditolak karena laki-laki itu sudah memiliki banyak selir. Minak Jinggo pantang menyerah dan melamar sang ratu berkali-kali. Namun, hasilnya tetap sama saja. Karena kesabarannya sudah habis, ia kemudian mengusik ketentraman wilayah Majapahit. Ratu kemudian membuat sayembara. Bunyinya, yaitu jika ada perempuan yang berhasil mengalahkan Minak Jinggo akan dijadikan saudara. Sementara itu, jika laki-laki akan dijadikan pasangan. Sayangnya, meski sudah banyak yang mencoba, tak ada satu pun yang berhasil. Kemudian pada suatu hari, sang ratu mendapat bisikan kalau yang dapat mengalahkan Minak Jinggo adalah seorang laki-laki bernama Damar Wulan. Ia kemudian menemui Patih Logender dan meminta kerelaannya untuk melepas sang menantu. Nah, untuk kelanjutan kisahnya kurang lebih sama dengan apa yang sudah kamu baca di atas. 2. Diangkat Menjadi Film Sumber Indosiar Cerita rakyat Damarwulan asal Jawa Timur ini memang cukup populer. Maka tidak mengherankan jika banyak yang mengangkat kisah tersebut menjadi film dan sinetron. Salah satu sadurannya adalah film berjudul Damarwulan-MinakJinggo yang dirilis pada tahun 1983 lalu. Film yang dibintangi oleh Benny Rahardja dan Chintami Atmanegara tersebut disutradari oleh Alim Bachtiar. Untuk versi yang lebih barunya, salah satu saluran TV Indonesia juga pernah menayangkan drama kolosal yang diadaptasi dari cerita rakyat ini pada tahun 2013 lalu. Sinetron tersebut dibuat oleh rumah produksi Genta Buana Paramita serta dibintangi oleh Rico Verald, Poppy Bunga, dan Anindika Widya. Baca juga Dongeng Kancil dan Kura-Kura yang Cocok Dibacakan Pada Si Kecil Beserta Ulasan Lengkapnya Sudah Puas Menyimak Kisah Damar Wulan dan Minak Jinggo di Atas? Itulah tadi ringkasan, ulasan unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menarik dari cerita rakyat Damarwulan asal Jawa Timur yang bisa kamu simak di PosKata. Gimana? Semoga saja tidak hanya menghibur, tetapi kamu juga bisa memetik pelajaran berharga dari kisah tersebut. Nah, kalau kamu masih ingin membaca kisah atau cerita rakyat yang lainnya, langsung saja cek di PosKata, yuk! Beberapa contohnya adalah cerita rakyat Calonarang, kisah Garuda Wisnu Kencana, legenda Putri Hijau, dan masih banyak lagi. Untuk yang mencari dongeng dari Barat atau kisa para nabi, kamu juga bisa menemukannya di sini, lho. Jadi, tunggu apa lagi? Langsung saja dilanjutkan membacanya, ya! PenulisErrisha RestyErrisha Resty, lebih suka dipanggil pakai nama depan daripada nama tengah. Lulusan Universitas Kristen Satya Wacana jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang lebih minat nulis daripada ngajar. Suka nonton drama Korea dan mendengarkan BTSpop 24/7. EditorKhonita FitriSeorang penulis dan editor lulusan Universitas Diponegoro jurusan Bahasa Inggris. Passion terbesarnya adalah mempelajari berbagai bahasa asing. Selain bahasa, ambivert yang memiliki prinsip hidup "When there is a will, there's a way" untuk menikmati "hidangan" yang disuguhkan kehidupan ini juga menyukai musik instrumental, buku, genre thriller, dan misteri.
ringkasan cerita damarwulan dalam bahasa jawa